RSS

Sistem Pendidikan (Bagian 2): Menjadi biasa vs unik

02 Feb

Beberapa hari ini saya dikirimin berita ada seorang anak dengan gangguan depresi saya pikir akibat terlalu banyak les sana sini. Apakah ini terjadi pada anak kita? Anak menjadi malas sekolah, kehilangan nafsu untuk belajar, menjadi anak nakal, dsb. Cenderung kita menyalahkan anak tersebut yang justru membuat kenakalan anak semakin bertambah. Zaman modern membuat masa depan anak ketika dewasa menjadi beraneka ragam. Pekerjaan dan profesi pun bervariasi tidak hanya didominasi oleh jenis kelamin tertentu.

Hal ini menjadi tantangan dalam hal membesarkan seorang anak. Akan menjadi apa anak kita seolah menjadi teka-teki misterius. Ada orang tua yang mengarahkan dengan spesifik anaknya untuk mengambil pendidikan khusus agar kelak menjadi seorang profesi yang diinginkan orang tua (bisa jadi keinginan orang tua dulu yang tidak terwujud) atau ada juga orang tua yang membebaskan anaknya mau jadi apa, yang penting sekolah dulu pikir mereka. Lalu bagaimana menyikapi hal ini? Kita berharap anak kita sukses ketika dewasa dan tidak hidup susah.

Individu manusia ketika dewasa akan menjadi bagian dari komunitas sosial dan akan mengambil peran tertentu. Posisi peran ini yang menentukan stratifikasi sosial di masyarakat, ada perannya sentral dan tak tergantikan, maka orang ini akan dihormati. Jika perannya tidak terlalu signifikan atau dapat dikerjakan oleh banyak orang, tentu menjadikan orang tersebut diremehkan. Nah disinilah maksud tulisan ini, kita harus mampu membuat diri kita menjadi unik, berbeda dari kebanyakan orang, punya hal yang istimewa, inilah yang akan meningkatkan status sosial dan secara tidak langsung meningkatkan kesejahteraan melalui penerimaan pendapatan/jasa.

Secara gamblang, jangan jadi orang biasa, jadilah orang yang unik. Sebagai contoh ketika kita memilih satu profesi tertentu misal menjadi dokter, maka jangan hanya menjadi dokter biasa tetapi ambillah kelebihan yang tidak dimiliki dokter lain, misal dokter yang lucu, dokter yang bisa coding, dokter seklaigus influencer, dokter inovatif. Intinya jadi dokter yang plus-plus. Kita sering melihat ada seseorang yang karirnya cepat meroket, bisa jadi karena orang tersebut punya kelebihan dibanding dengan orang kebanyakan.

Ini menjadikan usia remaja dan dewasa muda (15 -30 thn) menjadi usia yang kritis, karena disinilah kita membentuk karakter yang menetap. Jika di usia anak-anak kiat tipe orang yang malas-malasan maka di usia 20 an kita bisa membranding diri menjadi pribadi yang ulet dan cekatan. Di usia ini kita mulai dinilai baik di masyarakat maupun di lingkungan kerja oleh karena itu bangun image pribadi yang baik. Sering saya temukan banyak usia masih muda, baru mulai bekerja tetapi sudah menunjukkan etos kerja yang kurang baik misal banyak ijin sakit, mangkir, tidak amanah. Mereka tidak menyadari bahwa ini menjadi nilai minus mereka kelak, menjadi catatan hitam perjalanan karir mereka. Kabar dari mulut ke mulut misal “eh itu orangnya suka sakit, jarang masuk” diantara para HRD maka image kita akan buruk dan sulit untuk menemukan tingkat pekerjaan yang lebih baik.

Atasan tentunya sangat penyukai orang yang berani menerima tantangan. Jika kita ditawari suatu tanggung-jawab harus berani menerima dan tentunya berusaha semaksimal mungkin untuk belajar demi melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Jika ditawari tugas kita sering menolak, tentunya atasan akan malas ke depannya untuk menawari tugas lain. Semua orang ada fase pertama kali, belum ada pengalaman, belum pintar, tetapi dengan semangat belajar semuanya akan dilalui dengan baik. Tapi ingat harus amanah, jangan menyalahgunakan kedudukan atau jabatan.

Jadi di fase ini kita harus berani speak up, berani tampil, berani mencoba hal baru

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 2 Februari 2023 inci Uncategorized

 

Tag: , ,

Tinggalkan komentar

  • Daisypath Happy Birthday tickers
  • Daisypath Anniversary tickers
  •